Berkembangnya industri kreatif diikuti geliat pameran kreatif bagi anak-anak muda untuk memamerkan karyanya. Salah satunya adalah Paradesia yang diadakan setiap tahun oleh mahasiswa Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Surabaya. Pada tahun ke-6 ini, Paradesia mengenalkan berbagai desainer, ilustrator, sampai personal branding muda.
Pada acara yang digelar Sabtu (6/6) sampai Minggu (7/6) ini, ada 30 booth karya dipamerkan. Mulai dari sekedar re-branding sampai membuat branding baru dengan statement tertentu. Misalnya, booth Pot Kecil. Produk ini mengenalkan urban farming, gaya hidup menanam sayuran organik lewat lahan minim. Lebar potnya pun sama dengan gelas di rumah. Tingginya nggak lebih dari 15 cm.
“Jadi, mem-branding produk itu bukan sekedar menyampaikan visi dan pesan lewat suatu logo. Namun juga mendesain aksesoris lainnya untuk menunjang produk utama itu,” jelas Rahmat Prayoga. Dia nggak cuma mendesain pot kecil, tapi juga kardus kemasan produk utamanya yang diperhitungkan agar bisa menunjang aksi urban farming.
Ada juga boardgame karya Daviraka Indrasakti, Source of Eternity. Bordgame ini nggak cuma menuntut adu cepat menguasai wilayah ala monopoli, tapi juga berkonsep strategi perang. Sebab, setiap pemain punya empat prajurit. Pemain dinyatakan kalah kalau kehilangan semua prajuritnya. “Bahannya bagus, nggak mudah pecah kalau jatuh atau ditekan keras” jelas Dyahayu Pramushinta, salah satu pengunjung.
Nggak kalah menarik, ada juga seminar dari desainer Farid Stevy yang sudah banyak menggarap proyek-proyek besar. Banyak karya fenomenal yang telah dia buat. Mulai dari cover album band sampai logo perusahaan negara seperti PT Kereta Api Indonesia. Dia bahkan menceritakan jejak langkahnya dari seorang anak desa sampai akhirnya datang ke Jogja dan sukses membuat studio sendiri.
Banyak permasalahan yang dijelaskan Stevy. Salah satunya membentuk suatu desain agar konten dan pesannya diterima masyarakat. “Sebagai seorang desainer dan ilustrator produk, kita harus mementingkan strategi marketing. Maka dari itu, desainer tidak bisa memiliki ideologi,” jelasnya.
Stevy juga menjelaskan tentang rumus budget untuk memperdagangkan desain buatan sendiri. Hal ini untuk menghindari kebiasaan yang salah mengenai kerja desain. “Jangan sampai deh waktu kita diminta membuat logo, kita cuma bilang ‘Ikut budgetkamu aja deh’,” nyinyir Stevy.
Semakin malam, Paradesia ke-6 ini makin estetik dengan penampilan Teater Kaki Langit. Teater itu terlihat unik karena menyatukan musik aliran folk dan puisi. Penampilan selanjutnya pun makin seru dengan penampilan band indie pop Humi Dumi. Di penghujung acara, Band Pig Face Joe mulai menghentak semua penonton dengan lagu aliran Punk Ska.
Fotografer: Rifqi Zetizen
Sumber : ZENTIZEN
DELINEATION 16-23 Desember 2014 Orasis Art Gallery Jl. HR. Muhammad 94, Surabaya Opening Ceremony: 16 Desember 2014, 18.30 WIB Bagikan :Share on Facebook (Opens... Read More
Agus Purwanto DSc. lahir di Jamber, Jawa Timur, Indonesia pada tahun 1964. Beliau menyelesaikan pendidikannya lebih tinggi di tingkat S1 pada tahun 1989 dan... Read More
Bidang Seni Rupa dan Desain seperti kita ketahui erat kaitannya dengan manajemen dan marketing. Dua hal ini merupakan keniscayaan dan layaknya simbiosis, manajemen dan... Read More
JURUSAN SENIRUPA
Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Gedung T3, Universitas Negeri Surabaya
Kampus UNESA Lidah Wetan Surabaya 60213 | Telp : 081554079669 | Email : senirupaunesa@gmail.com
© 2014 JURUSAN SENI RUPA . ALL RIGHTS RESERVED.